Mentawai Tattoo Revival adalah sebuah kepedulian dan tindakan nyata dalam mengangkat tato sebagai salah satu seni tradisional warisan leluhur kita.. Budaya Mentawai telah mengenal tato sebagai bagian dari tradisi dalam hidup mereka selama beratus-ratus tahun. Bahkan konon ada peneliti yang meyakini bahwa budaya tato Mentawai ini adalah seni rajah tubuh tertua di dunia.
Untuk yang sedang berada di sekitar Surabaya pada tanggal 20 Agustus, sebaiknya menyempatkan datang di acara diskusi dan pemutaran video gratis ini.. Catat tanggal dan tempatnya, sebab dari acara ini kita akan semakin memahami betapa eksotis dan betapa seru-nya negeri kita ini.
Sekali lagi.., ternyata bukan hanya bule saja yang pandai mengkreasikan seni rajah pada tubuh.. :)
Pemutaran dan Diskusi Video Dokumenter:
“KEMBALI MERAJAH MENTAWAI”
“KEMBALI MERAJAH MENTAWAI”
Bersama:
- Durga Sipatiti (Seniman Tato).
- Rahung Nasution (Videomaker).
- Hatib Abdul Kadir Olong (Dosen Antropologi Univ. Brawijaya, Penulis Buku Tato – LKiS, 2006).
- Tom (Antropolog, Wartawan).
- Sony (Seniman Tato, Irezumi Shado, Surabaya Tattoo Artists Community).
Gratis!
Berlaku untuk umum.
Waktu
Sabtu, 20 Agustus 2011
Pkl. 17.00 – 21.00 (disediakan takjil)
Tempat
Perpustakaan C2O, Jl. Dr. Cipto No. 20 Surabaya
Sinopsis
Sejak bulan Februari 2009, Aman Durga Sipatiti (seorang seniman tato yang berbasis di Jakarta) melakukan beberapa kali kunjungan ke Matotonan dan Sakuddei, pedalaman Siberut Selatan, Mentawai. Kunjungan ini bertujuan melakukan pendokumentasian titi atau tato Mentawai yang kini nyaris “punah” dan hanya tersisa di pulau Siberut.
Selain mendokumentasikan dan mencatat ulang desain-desain yang ada, Durga juga melakukan kolaborasi workshop dengan Sipatiti (ahli tato Mentawai) dan melanjutkan kembali tato mereka yang belum selesai.
Teteu Bali menceritakan ketika sanak keluarganya ditangkap polisi pamong praja dan dibawa ke Padang kerena mereka masih mempraktekkan tato dan kepercayaan leluhur mereka, Arat Sabulungan.
Di dalam video dokumenter ini, Aman Lusin Kerei Sangaimang (seorang Sikerei, tetua adat) bertutur kepada Durga dan Berthoes tentang Arat Sabulungan sebagai satu sistem pengetahuan, nilai dan aturan hidup yang dipegang kuat yang diwariskan oleh leluhur suku Mentawai. Mereka meyakini adanya dunia roh-roh dan jiwa. Setiap benda yang ada, hidup atau mati mempunyai jiwa dan roh seperti manusia. Mereka harus diperlakukan seperti manusia. Karena itu orang-orang tidak boleh menebang pohon sembarangan, tanpa izin panguasa hutan (Taikaleleu) serta kesediaan dari roh dan jiwa dari kayu itu sendiri. Untuk menjaga keseimbangan dan keharmonisan dengan dunia roh-roh, manusia dan alam suku Mentawai mempersembahkan berbagai sesaji dan melakukan berbagai ritual.
Dari interaksinya langsung dengan penduduk di pedalaman pulau Siberut, Durga mencoba mencari tahu arti penting tato bagi masyarakat adat Mentawai.
Produser:
Mentawai Tattoo Revival Project
Penulis-Sutradara-Kameramen-Editor: Rahung Nasution
Tim Produksi: Herrybertus Sikaraja, Lucy Setiawan, Liki, Adi Mulyana
Narator: Aman Durga Sipatiti
Penterjemah Mentawai: Esmat Wandra Silaingee
Lokasi Film: Matotonan-Mongan Tepu-Sakuddei-Sagulubbek di Pulau Siberut-Kepulauan Mentawai-Indonesia – tahun 2010
Durasi: 30 minutes
Acara ini diselenggarakan oleh :
- hifatlobrain.com.
- C2O.
- Kotak Hitam.
- Durga Tattoo.
Didukung oleh :
- Irezumi Shadow.
- Tattoo Heroes.
- Surabaya Tattoo Artists Community.
Info :
(031) 77525216
c2o.library@yahoo.com
©2010 Mentawai Tattoo Revival Project & JAVIN (Jaringan Videomaker Independen)
=========================
dig further :
syafrilerizon.blogdetik.com/2009/03/24/tato-mentawai-akan-tinggal-kenangan/
"... Padahal tato yang oleh orang Mentawai disebut ‘titi’, adalah bagian dari kebudayaan Mentawai yang penting. Setidaknya, ini telah bisa membuktikan bahwa tradisi tato sudah mulai ditinggalkan oleh orang Mentawai.. “Sejak tahun 1950-an, setelah pemerintah mewajibkan penduduk harus memeluk salah satu dari lima agama besar yang diakui pemerintah, orang Mentawai tak lagi menghias tubuhnya dengan tato... “Bisa dipastikan, dalam 20 tahun ke depan tidak akan ada lagi orang Mentawai Sipora dan Pagai yang memiliki tato di tubuhnya,” katanya.. Ada beberapa penyebab, menurut Urlik, kenapa tato hilang di Sipora dan Pagai. Pertama, ajaran agama yang melarang kepercayaan Arat Sabulungan, kepercayaan kepada roh-roh, dan menganggap tato bagian dari kepercayaan itu... Kedua, upacara membuat tato diawali dengan rangkaian upacara lain yang lama (paling cepat enam bulan) dan banyak pantangan (larangan). Upacara ini disebut ‘punen’... “Ditato itu sakit dan lagian lambang primitif,” kata Gerson Saleleubaja, 24 tahun, pemuda asal Maileppet, Siberut Selatan, yang kini menjadi jurnalis di Tabloid Puailiggoubat, sebuah koran lokal di Mentawai. Terlepas dari itu, sebenarnya tato tradisional Mentawai adalah khazanah dunia. Ady Rosa, peneliti tato Indonesia dari Jurusan Seni Rupa, Universitas Negeri Padang, menyimpulkan bahwa tato Mentawai termasuk tato tertua di dunia. Sayang, belum banyak yang meneliti jenis dan makna tato di Mentawai... 160 Motif Tato.. Tato oleh orang Mentawai tak hanya berfungsi untuk keindahan tubuh, tetapi juga lambang yang menunjukkan posisi atau derajat orang yang memakainya."
larskrutak.com/articles/Mentawai/index.html"... Continual care for one’s soul is one of the guiding principles in the life of the Mentawai people. And permanent decoration of the body through tattooing keeps it near at hand. So does good food, music, and dance because each are a religious means of benefiting the members of the community and longhouse (uma) by pleasing their souls, as well as their “Grandfather.” .. Traditionally, tattooing was performed after a religious ceremony called punen lepa... Tattoos are applied by a designated tattoo artist called a sipaniti or “man who makes the needle” at specific stages in life. Traditionally, when a girl or boy reached the age of seven, they received their back tattoos; now this practice begins in the mid-teens, if at all. Then, after waiting one or two years, their upper arms and the backs of their hands were marked. Next, the tattooing of the upper thighs and legs was executed (note: traditionally these marks were made just before marriage), and followed by the intricate tattoos of the chest and neck. The final stage of tattooing, which usually commenced after the individual reached forty years of age, was completed when the calves, shins, and the forearms
were tattooed..."
id.wikipedia.org/wiki/Tato_Mentawai
"..Tato Mentawai adalah tradisi seni lukis tubuh bagi suku terasing di kepulauan Mentawai. Tato Mentawai dikenal dengan istilah titi. Tato ini merupakan tato yang sangat unik dan luar biasa karena memenuhi seluruh tubuh, mulai dari kepala sampai kaki. Bagi orang Mentawai, tato merupakan busana abadi yang dapat dibawa mati. Atau dengan kata lain, tato tradisi orang Mentawai hanya menjadi sebuah karya seni selama manusia yang memakainya hidup. Selain itu, tato ini juga berfungsi sebagai alat komunikasi, yaitu untuk menunjukkan jati diri dan untuk perbedaan status sosial dalam masyarakat..."